Salah satu hal yang bisa saya dapat dari perkuliahan saya dengan bapak Moh Aniq KHB S.Pd., M.Hum, yang konon katanya ingin disebut dengan kyai kondang (Ustadz Terkenal dalam Bahasa Indonesia), dalam perkuliahan Filsafat Pendidikan. Salah satu yang akan saya kutip dari materi yang diberikan dalam prolog atau pembuka dalam tatap muka kali ini adalah tentang kata dan makna toleransi.Menurut beliau sebagai pemegang kuasa pada pukul 16.20 WIB di ruang 403, Toleransi yang disuarakan dan dikampanyekan oleh orang orang yang duduk di singgasana negeri ini tidak ada manfaatnya, karena toleransi tersebut sudah lahir sejak zaman dahulu. Sikap toleransi untuk menerima semua golongan tanpa diskriminasi juga tertuang di UUD 1945 dalam pasal 27 sampai 34. Toleransi yang terbentuk salah satunya diberikan contoh oleh beliau seperti dalam toleransi beragama di lingkungan rumah beliau. Walau memiliki tetangga memeluk agama islam, hindu, kristen, katolik, budha, ataupun sebagai Ateis ( Tidak memeluk agama karena tidak mempercayai adanya tuhan beserta rosul atau dewi dan dewa nya). Jadi tidak terjadi antara konflik antar agama ataupun adanya perpecahan bhineka tunggal ika karena agama.Menurut yang saya baca dalam sebuah artikel, sikap toleransipun sudah diterapkan dan sudah ada di masa Kerajaan-kerajaan di daerah yang memiliki nama besar di pelosok negeri ini. Sikap toleransi digunakan sebagai hubungan dalam perdagangan dan pelayaran. Maka dari itu saat tersebut terjadi membuat nusantara membuka diri dengan luar. Melalui pintu perairan malaka, pendatang yang berasal dari timur tengah dan tiongkok bisa keluar masuk ke nusantara dan diterima baik oleh penduduknya. Sikap toleransi yang ada pada saat itupun tidak hanya ada dikalangan masyarakat bawah, namun di dalam kerajaan juga tidak jauh berbeda.Hal diatas merupakan salah satu contoh yang disampaikan pemegang kuasa di ruangan 403 pada saat itu, walau di dalam benak dan pikiran nya masih banyak yang ingin disampaikan contoh tentang satu materi tersebut. Tetap beliau berhasil membuka wawasan bagi audience yang mendengarkan dengan simak dan cermat terhadap salah satu sudut pandang untuk melihat negeri ini. Dengan harapan kita sebagai audience mampu memilik pandangan atau cara berfikir tersendiri dalam menyikapi toleransi dalam negeri ini.Berita terkini, pembelajaran disisipkan nilai toleransi dalam mata pelajaran yang diajarkan dalam bangku pendidikan. Hal ini tentu akan terkait dengan kita sebagai calon pendidik dengan pandangan terhadap toleransi dan penyisipan nilai toleransi dalam pembelajaran. Apabila kita mampu memiliki pandangan yang rasional terhadap toleransi maka kita akan mampu menyisipkan nilai tersebut dalam materi yang akan kita ajarkan dan tujuan pembelajaran akan tercapai.Sekian reportase yang saya buat, tanpa mengurangi rasa hormat Bapak Moh Aniq KHB S.Pd., M.Hum, saya ucapkan permohonan maaf apabila menyinggung dan menyakiti hati dalam penulisan diatas. Terima kasih atas kesempatan nya untuk membaca tulisan saya.Semarang, 26 September 2018(G.P)
POINT III
Di dalam diri manusia / diri seorang individu memiliki 3 komponen yang tanpa di sadari ketiga nya adalah komponen yang saling melengkapi . ketiga komponen ini yakni : · Ruang, dalam setiap diri individu memiliki ruang yang sangat luas. Dimana ruang ini memang tidak dapat dilihat secara fisik tetapi dapat di rasakan oleh setiap diri individu . Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya imajinasi dari dalam diri manusia, dimana setiap pribadi dapat berimajiansi yang sangat luas dan tak terbatas. Keberadaan ruang ini lah yang menajdikan tempat mansuia untuk bermimpi meski belum dapat melakukan nya apa yang telah menajdi imajinasinya . Contohnya dalam diri mansuia yang sedang belajar di dalam kelas, tetapi berpikiran tentang rencana nya untuk jalan-jalan keluar negri . Secara jasad individu tersebut memang berada di kelas, namun pada dasarnya imajiansinya sedang berada pada hal yang lain nya . Karena pada pada dasarnya ruang di dalam diri m...
Komentar
Posting Komentar